REPUBLIKA- Lima Negara mengendalikan dunia : Amerika Serikat, Australia, Inggris, Selandia baru, dan Kanada. Semua negara tersebut berasal dari satu rumpun, yaitu Inggris Raya. Mereka bekerja sama melakukan penyadapan di seluruh dunia. Mereka berbagi tugas, setelah itu mereka mendistribusikan penyadapannya tersebut ke mereka masing-masing. Tentu saja pada tahap berikutnya hasil sadapan itu dibagi ke mitra-mitra utama mereka. Tujuannya tentu untuk kemajuan negri dan kesejahteraan rakyat mereka.
sadap-menyadap dalam dunia Intelijen dan diplomasi merupakan hal yang biasa, yang p
enting jangan tertangkap basah. Namun penyadapan kali ini memang istimewa, karena merupakan kolaborasi dari lima negara. Dengan demikian, ada pihak-pihak yang mendapat keuntungan khusussecara bersama-sama. ada semacam persekongkolan. itulah yang membuat respons dunia menjadi emosional. Sejumlah negara penting dan kuat menunjukkan kemarahannya secara serius. Sebagian negara lagi merespons relatif serius, seperti yang diperlihatkan Arab Saudi.
enting jangan tertangkap basah. Namun penyadapan kali ini memang istimewa, karena merupakan kolaborasi dari lima negara. Dengan demikian, ada pihak-pihak yang mendapat keuntungan khusussecara bersama-sama. ada semacam persekongkolan. itulah yang membuat respons dunia menjadi emosional. Sejumlah negara penting dan kuat menunjukkan kemarahannya secara serius. Sebagian negara lagi merespons relatif serius, seperti yang diperlihatkan Arab Saudi.

Pihak Australia sendiri terlihat menyepelekan isu ini. Tekanan agar PM Australia meminta maaf kepada Indonesia tak dipenuhi. Hubungan Australia-Indonesia memang selalu naik turun. Australia selalu berada pada titik arogansi dan agresif. Banyak hal yang sudah dilakukan. Menerbitkan Buku putih yang menyangkut adanya bahaya dari Utara. Menerbitkan buku putih tentang persoalan-persoalan dalam negeri Indonesia. Tindakan pasukan Australia yang over acting saat mendaratkan pasukannya di Timor Timur (kini Timor Leste). Terakhir, masalah 'turut campurnya' Australia dalam pemtongan hewan ternak. Australia selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari Indonesia. Tak salah jika Marty Natalegawa menyebutnya "Bukan tetangga yang baik" : Tetangga yang berisik.
Upaya Indonesia untuk berswasembada daging pun digagalkan Australia. Negeri itu menolak rencana Indonesia yang akan membuka keran impornya, agar tak tergantung pada Australia. Tapi kemudiian dilawannya dengank kelangkaan dading. Akhirnya Indonesia bertekuk lutut karna diembeli ancaman terhentinya baeragam kerja sama Indonesia dan Australia di bidang-bidang Pertanian lainnya.

Untuk menjadi bangsa besar memang tak mudah. Harus pandai mempergulat politik global dengan segala aliansi dan kepentingan tiap-tiap negara. Namun, modal pokoknya adalah adanya persatuan dan kesatuan tiap-tiap negeri. Pada titik inipun Indonesia sangat sulit. Negeri ini mudah dipecah-pecah, diobok-obok, dan diadu domba. Persatuan dan kesatuan itu tidak cukup dilevel politik, yang paling penting dilevel ekonomi. Untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa penghasil bahan baku pun begitu sulit. Kita dipaksa terus untuk menjadi penghasil bahan mentah. Yang diuntungkan adalah tetangga terdekat kita. mereka menikmati bisnis kayu, batu bara, emas, timah, pasir besi, nikel, rotan, minyak, CPO, dan sebagainya. Lalu mereka mengembalikan lagi sebagiannya untuk dikonsumsi Indonesia atau menjualnya ke negara-negara maju. Di titik inilah kita mengalami kesulitan di industri kimia dasar, industri elektronika, industri otomotif, alat berat, dan juga listrik. Mereka juga memasok berbagai berbagai kebutuhan Indonesia lainnya. Kemajuan dan kemandirian Indonesiamenjadi ancaman bagi para tetangga kita.
