Thursday 21 November 2013

Australi menyadap, Indonesia Meratap

REPUBLIKA- Lima Negara mengendalikan dunia : Amerika Serikat, Australia, Inggris, Selandia baru, dan Kanada. Semua negara tersebut berasal dari satu rumpun, yaitu Inggris Raya. Mereka bekerja sama melakukan penyadapan di seluruh dunia. Mereka berbagi tugas, setelah itu mereka mendistribusikan penyadapannya tersebut ke mereka masing-masing. Tentu saja pada tahap berikutnya hasil sadapan itu dibagi ke mitra-mitra utama mereka. Tujuannya tentu untuk kemajuan negri dan kesejahteraan rakyat mereka.

sadap-menyadap dalam dunia Intelijen dan diplomasi merupakan hal yang biasa, yang p
enting jangan tertangkap basah. Namun penyadapan kali ini memang istimewa, karena merupakan kolaborasi dari lima negara. Dengan demikian, ada pihak-pihak yang mendapat keuntungan khusussecara bersama-sama. ada semacam persekongkolan. itulah yang membuat respons dunia menjadi emosional. Sejumlah negara penting dan kuat menunjukkan kemarahannya secara serius. Sebagian negara lagi merespons relatif serius, seperti yang diperlihatkan Arab Saudi.

Indonesia yang dikenal memiliki masyarakat yang nasionalistis, memiliki respons yang tak kalah keras, walaupun proses kemarahannya merayap dulu. Bahkan, komunitas Hacker Indonesia sudah lebih dulu melangkah. Mereka meretas sejumlah situs milik pemerintahan maupun masyarakat Australia. Ternyata para peretas Australia tidak tinggal diam. Mereka membalas dengan meretas situs milik Garuda Indonesia, Angkasa Pura dan KEMENDIKBUD. Sampai disini, pemerintah masih terus meredam. Bahkan isu peretas situs-situs Indonesia dibantah. Disisi lain, pemerintah juga mengimbauagar para peretas Indonesia menghentikan aksinya. Namun kemudian memuncak setelah Menlu malakukan  langkah diplomatik dengan memanggil Duta besar Indonesia di Canberra. Ujungnya adalah jumpa pers Presiden, yang antara lain mengancam untuk menghentikan sejumlah kerja sama militer.

Pihak Australia sendiri terlihat menyepelekan isu ini. Tekanan agar PM Australia meminta maaf kepada Indonesia tak dipenuhi. Hubungan Australia-Indonesia memang selalu naik turun. Australia selalu berada pada titik arogansi dan agresif. Banyak hal yang sudah dilakukan. Menerbitkan Buku putih yang menyangkut adanya bahaya dari Utara. Menerbitkan buku putih tentang persoalan-persoalan dalam negeri Indonesia. Tindakan pasukan Australia yang over acting saat mendaratkan pasukannya di Timor Timur (kini Timor Leste). Terakhir, masalah 'turut campurnya' Australia dalam pemtongan hewan ternak. Australia selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari Indonesia. Tak salah jika Marty Natalegawa menyebutnya "Bukan tetangga yang baik" : Tetangga yang berisik.

Upaya Indonesia untuk berswasembada daging pun digagalkan Australia. Negeri itu menolak rencana Indonesia yang akan membuka keran impornya, agar tak tergantung pada Australia. Tapi kemudiian dilawannya dengank kelangkaan dading. Akhirnya Indonesia bertekuk lutut karna diembeli ancaman terhentinya baeragam kerja sama Indonesia dan Australia di bidang-bidang Pertanian lainnya.

Dalam politik global dan regional, tiap-tiap negara telah memiliki mitra tersendiri. Tiap-tiap negara juga memiliki proyeksinya masing-masing. Dalam konteks itu Indonesia Indonesia selalu ditempatkan sebagai pemasok tenaga kerja murah, penyedia sumber daya alam, dan pasar yang besar. Indonesia berada dalam kasta yang rendah.masih sama pada masa cultuur stelsel  dimasa kolonial dulu. Karena itu, ketika G-20 terbentuk pada 2008, dan Indonesia disertakan, Singapura termasuk negara yang tak nyaman. Namun kedekatan hubungan Presiden SBYdengan Presiden George W Bush membuat posisi Indonesia tetap aman. Lahirnya Trans Pacifik Partnershipmembuat posisi Indonesia coba dipinggirkan lagi. Aliansi ini semacam koreksi terhadap APEC yangsalah satunya dipelopori Indonesia. Aliansi ini tak melibatkan Indonesia. Hanya ada 12 Negara yaitu USA, Australia, Selandia Baru, Kanada, Jepang, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Cile, Meksiko dan Peru. Sebagian besar bekas jajahan Inggris, mirip dengan aliansi penyadapan tersebut.

Untuk menjadi bangsa besar memang tak mudah. Harus pandai mempergulat politik global dengan segala aliansi dan kepentingan tiap-tiap negara. Namun, modal pokoknya adalah adanya persatuan dan kesatuan tiap-tiap negeri. Pada titik inipun Indonesia sangat sulit. Negeri ini mudah dipecah-pecah, diobok-obok, dan diadu domba. Persatuan dan kesatuan itu tidak cukup dilevel politik, yang paling penting dilevel ekonomi. Untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa penghasil bahan baku pun begitu sulit. Kita dipaksa terus untuk menjadi penghasil bahan mentah. Yang diuntungkan adalah tetangga terdekat kita. mereka menikmati bisnis kayu, batu bara, emas, timah, pasir besi, nikel, rotan, minyak, CPO, dan sebagainya. Lalu mereka mengembalikan lagi sebagiannya untuk dikonsumsi Indonesia atau menjualnya ke negara-negara maju. Di titik inilah kita mengalami kesulitan di industri kimia dasar, industri elektronika, industri otomotif, alat berat, dan juga listrik. Mereka juga memasok berbagai berbagai kebutuhan Indonesia lainnya. Kemajuan dan kemandirian Indonesiamenjadi ancaman bagi para tetangga kita.

Kita tak bisa menyalahkan para tetangga kita. Kita juga tak boleh marah atau memenci mereka. Mereka telah berjuang untuk mamajukan negerinya masing-masing dan mensejahterakan rakyatnya masing-masing. Yang hharus kita koreksi adalah kemampuan kita untuk bersatu, mandiri, dan berencana secara benar dan baik. Tanpa kemampuan itu, posisi kita akan tetap sama dengan posisi tanam paksa dimasa kolonial Belanda dulu. Saat itu kita masih menjadi penyedia buruh murah,hasil alam, dan sebagai pasar. Saat ini kita baru merdeka secara politik,tapi belum merdeka secara ekonomi dan cara berpikir. Kita baru saja mamarintah negeri sendiri, dan elum bisa mensejahterakan rakyat. Tak ada waktu lagi berdebat, sumber daya alam kita sudah makin habis.

No comments:

Post a Comment