Tuesday, 10 September 2013

Rawa Aopa Watumohai National Park

A. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

adalah taman nasional yang terletak di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Rawa Aopa Watumohai ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1989, dan memiliki wilayah seluas 1.050 km². Ketinggian taman ini bervariasi dari di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 m. Rawa Aopa merupakan rawa terluas se-asia tenggara.
Taman ini memiliki beragam vegetasi, seperti hutan mangrove. Di taman nasional ini juga terdapat babirusa, anoa dan 155 spesies burung, 37 diantaranya endemik. Selain itu, di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdapat 323 spesies tanaman.



Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terletak di antara 4022‘—4039‘ LS dan 12104‘ BT dengan luas wilayah sekitar 105.194 ha. Secara administratif, taman nasional ini masuk ke dalam wilayah di beberapa kabupaten dan satu kota, antara lain di Kota Kendari, seluas 46.764 ha (Kecamatan Lambuya dan Tinanggea), di Kabupaten Kolaka seluas 12.825 ha (Kecamatan Ladoni dan Tirawuta), dan di Kabupaten Buton seluas 46.605 ha (Kecamatan Rumbia).
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai ditetapkan sebagai taman nasional kelompok hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-11/90 pada tanggal 17 Desember 1990. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, Rawa Aopa Watumohai terdiri dari beberapa kelompok hutan, di antaranya Taman Buru Gunung Watumohai seluas 50.000 ha (SK Menteri Pertanian No. 648/Kpts/Um/10/1976 tanggal 15 Oktober  1976), dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa seluas 55.560 ha (SK Menteri Kehutanan No. 138/Kpts-11/1985 tanggal 11 Juni 1985). Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdiri dari tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana dan hutan rawa air tawar.

Untuk pengamat burung di seluruh dunia, Rawa Aopa dikenal sebagai surga bagi burung-burung. Beberapa dari mereka adalah burung migran, yang mengunjungi Rawa Aopa pada rute ke tujuan akhir mereka. Sebagai contoh, banyak burung yang terbang dari Australia ke Asia akan berhenti di sini.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Universitas Leeds dan Symbiose Birdwatchers Klub dari Universitas Indonesia selama September dan Oktober 1995 menemukan 155 jenis burung, 32 di antaranya burung langka dan 37 endemi.


B. Keistimewaan

Tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai tercatat sekitar 89 famili, 257 genus, dan 232 spesies, yang terbagi menurut tipe hutan tempat tumbuhan berkembang. Pada hutan dengan tipe vegetasi mangrove misalnya, dihuni oleh beraneka tumbuhan, di antaranya tongke (bruguiera gimnorhiza), peropa (sonneratia spp.), lara teki (rhizophohara apiculata), nipah (nypa fruticans), dan lain-lain. Sementara, pada hutan dengan tipe vegetasi savana didominasi oleh aneka tumbuhan dari alang-alang (imperata cylindrical), totele (cyperus rotundus), tio-tio (fymbristilis ferrugenea), kuralangga (axonpus compressus), serta gelagah (saccharum spp.). Sedangkan pada tipe vegetasi hutan hujan tropika pegunungan rendah, tumbuhan yang hidup dan berkembang memiliki komposisi yang sangat beragam, seperti aneka jenis rotan, liana, dan jenis tumbuhan bawah lainnya. Sebagian besar dari tipe vegetasi ini rencananya akan dimasukkan ke dalam zona inti taman, dan sisanya dimasukkan ke dalam zona rimba (wilderness zone) dan zona rehabilitasi.
Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai juga terdapat habitat berbagai jenis burung. Tercatat ada sekitar 155 jenis burung yang hidup di taman ini, 32 jenis di antaranya termasuk burung yang langka dan sekitar 37 lainnya termasuk jenis endemik. Jenis burung-burung tersebut, antara lain maleo (macrocephalon maleo), bangau tong-tong (leptotilos javanicus), bangau sandang lawe (ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (accipeter rhodogaster rodhogaster), merpati hitam sulawesi (turacoena mandensis), dan punai emas (coloena nicobarica). Ada satu jenis burung endemik yang menjadi ciri khas di Sulawesi Tenggara, yaitu kacamata sulawesi (zosterops consobrinorum) yang sebelumnya tidak pernah terlihat dalam kurun waktu puluhan tahun, tetapi saat ini dapat dijumpai di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Selain burung, terdapat juga jenis primata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Adapun primata tersebut adalah tangkasi/podi (tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (macaca nigra nigra). Ada juga satwa langka yang dilindungi, sperti anoa dataran rendah (babulus depressicornis), anoa pegunungan (babulus quarlesi), soa-soa (hydro saurus amboinensis), kuskus kerdil (strigocusvus celebensis celebansis), rusa (cervus timorensis djonga), babirusa (babyrousa babyrussa celebensis), dan musang sulawesi (macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).
Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdapat potensi wisata lain yang juga menarik untuk dikunjungi, di antaranya Pulau Harapan II, Pantai Lanowulu, dan Gunung Watumohai. Pulau Harapan II terletak di tengah-tengah Rawa Aopa, yang menyajikan keindahan panorama alam rawa dengan pamandangan burung-burung air yang sedang mengintai ikan. Di Pantai Lanowulu, wisatawan dapat berenang atau melakukan kegiatan wisata bahari, seperti berlayar dan memancing. Sedangkan di Gunung Watumohai, para wisatawan dapat melakukan kegiatan pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut, terdapat padang savana untuk tempat berkemah sembari melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput, burung-burung yang bernyanyi saling bersahutan, dan aneka satwa lainnya.

C. Lokasi

Letak Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terbagi ke dalam 2 wilayah kabupaten dan 1 kota, yaitu Kota Kendari, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.

D. Akses

Perjalanan menuju Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dapat ditempuh malalui tiga jalur alternatif dengan menggunakan mobil pribadi atau mobil sewaan. Pertama: perjalan dimulai dari Kendari menuju Punggaluku, lalu menuju Tinanggea, kemudian ke Lanowulu dengan jarak 120 km yang ditempuh sekitar 2 jam 30 menit. Kedua: perjalan dimulai dari Kota Kendari menuju Motaha, lalu dilanjutkan ke Tinanggea, dan terakhir ke Lanowulu dengan jarak 130 km yang ditempuh selama 3 jam. Ketiga: perjalan dimulai dari Kota Kendari menuju Lambuya, kemudian dilanjutkan ke Aopa, lalu menuju Lanowulu yang berjarak sekitar 145 km dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

No comments:

Post a Comment